Khamis, Julai 30, 2009

MARTONO TIDAK INGIN MENJADI MARQUEZ

MARTONO tidak ingin menjadi Marquez. Martono fikir cukuplah di dunia ini hanya ada sejuta Marquez dan dia tidak perlu menjadi hitungan yang seterusnya. Martono fikir cukuplah dia menjadi dirinya sebagai Martono dan bukan Marquez. Martono fikir tidak ada gunanya berbangga dengan nama milik orang lain. Apa lagi kalau nama Marquez yang digilai banyak orang itu hanyalah sulapan. Dan malam itu, entah malam yang kesekian berapa, di dalam mimpinya Marquez mendatangi Martono. Kau fikir kau sudah sangat hebatkah? Cermini dirimu sendiri. Buku apa yang sudah kauhafal dan baca? Begitu Martono mendengar di dalam mimpinya itu Marquez membentak-bentak. Pagi itu, ketika terjaga dan bangkit dari tidurnya, Martono melihat buku terjemahan “Sumpah Tujuh Keturunan” karya Marquez tergelatak di atas meja kecil di samping ranjangnya. Dan Martono tahu, di rak bukunya masih tersusun rapi beberapa buku karya Marquez yang lain. Tetapi biar apa pun, Martono tetap tidak ingin menjadi Marquez. Walau atas nama Marquez dan memetik Marquez, dia pernah beberapa kali melagak-lagakkan pendapat yang diakui Martono sebagai asli miliknya di depan sejumlah kawan-kawan.

Julai 8, 2009