Khamis, April 01, 2010

SAJAK INDAH SEORANG GADIS


SEORANG gadis "urban" aku ketemu di suatu pesta seni. Dia cantik, muda dan menarik.  Aku senyum ketika saling bertatapan. Dia membalas juga senyumku.

Aku kenalkan diri sebagai penyajak. Dia mengangguk dan   mengaku  juga seorang penyajak. Aku katakan sudah terbitkan beberapa buku sajak. Dia tersenyum dan beritahu  juga sudah terbitkan satu buku sajak.

Boleh kulihat dan membaca buku sajakmu? Tanpa selindung aku meminta.

Dia mengangguk dan sambil tersenyum,   dia  membuka bajunya di depan khalayak.  Aku terbeliak. Di depan mataku kelihatan dua payu dara milik si gadis  yang masih mengkal.

Mana sajakmu? Aku lanjut bertanya kerana inginkan kepastian.

Inilah sajakku. Tidakkah kamu melihat? Jawab si gadis urban  sambil mendekatkan payu daranya ke arah mukaku.

Aku sedikit mengelak agar bibirku tidak tersentuh payu daranya.

Kamu bergurau, ya? Aku lanjutkan tanya.

Si gadis urban itu menggeleng. Dan tidak semena-mena kulihat dia melongsorkan pula kancing midinya.

Kini di depanku kelihatan vagina si gadis urban itu  pula.

Inilah koleksi sajak-sajakku yang terbaik. Yang aku tulis dengan suluruh jiwa dan raga aku.  Dalam keadaan dadanya terdedah dan tanpa berpakaian, si gadis urban itu melanjutkan kata.

Aku terperanggah dan masih mencari-cari di mana buku sajaknya yang dimaksudkan si gadis urban.

Kecuali payu dara dan vaginanya yang didedahkan di depan khalayak.

April 1, 2010

2 ulasan:

Hashim Zabidi berkata...

Betul katanya, sebab sajak itu cantik dan molek. Menawan!

MARSLI N.O berkata...

Pak Hashim: Saya mengharapkan sajak yang benar. Mengharapkan memang sajak.

Marsli N.O