ASAP yang terapung memenuhi udara menyebarkan kepedihan nurani manusia yang mendesak-desak di trotoar, dataran dan jalanan. Mereka yang datang dari segenap pelosok negeri dan kota hanya meminta dengan suara marhaennya. Meminta segala janji segera dikota dan bukan hanya dengan sandiwara kata-kata yang memberikan mereka mimpi indah bernama ketuanan. Tetapi di depan mata sejengkal demi sehektar tanah negerinya menjadi cagar dan gadai.
Selasa, Mei 08, 2012
LANGIT MERATAP
ASAP yang terapung memenuhi udara menyebarkan kepedihan nurani manusia yang mendesak-desak di trotoar, dataran dan jalanan. Mereka yang datang dari segenap pelosok negeri dan kota hanya meminta dengan suara marhaennya. Meminta segala janji segera dikota dan bukan hanya dengan sandiwara kata-kata yang memberikan mereka mimpi indah bernama ketuanan. Tetapi di depan mata sejengkal demi sehektar tanah negerinya menjadi cagar dan gadai.
Dan langit meratap. Ketika asap mengepung dan mencekik kerongkong. Melehkan tangisnya tanpa suara. Menyatu dengan raung dan pekik marhaen di trotoar, dataran dan jalanan .
Di mata si pelahap dan bejat politik, mereka berubah menjadi haiwan. Dihambat dan dilontar cerca, hanya kerana pinta marhaennya.
Dan langit meratap.
April 28, 2012
Langgan:
Catat Ulasan (Atom)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan