Sajak
MARSLI N.O
Matahari yang saban hari asyik membuka dan memilih
celananya sendiri jengkel di hatinya tidak kepalang melihat tingkah Demokrasi yang
berlagak terlalu tahu dan ingin mengatur segala urusan kehidupan orang
lain. Dan tanpa silu malah
berkeluyuran ke sana dan ke mari
mencari pujian-pujian yang
berlebih-lebihan, yang tidak
memadai dengan kepandaian serta kebijaksanaannya sendiri. Pipinya yang tembam
dan dikematui jerawat dipupuri dengan
bedak buatan luar negeri. Suara seraknya berkumandang di corong radio dan
selalu dia menongol di kaca televisi atau
youtube, bercakap mengenai kuasa
dan mengaku telah sejak lama berkenalan dengan para ahli sihir ekonomi di
seluruh pelosok dunia.
Dakwaannya bahawa dia kini sudah mendunia dan hidup atas nama keyakinan serta keberadaannya
adalah kerana kepercayaan yang diberikan oleh para politikus korup. Sungguh
tidak masuk akal. Begitu juga pada suatu pagi dengan sombongnya dia berdiri di
suatu menara dan berkoar sambil mengacungkan tinju ke udara. Ribuan demonstran
di trotoar, lorong dan jalanan menyahutnya dengan pekikan. Malah, sebahagian
para demonstran yang ingin menunjukkan bahawa dirinya lebih beragama ketimbang yang lain, menyahutnya dengan
laungan takbir!
Inilah demokrasi zaman baru yang
memperoleh kepercayaan dengan dusta yang direka menjadi kenyataan. Wajah
mesumnya disembunyikan di sebalik nama
indah dan pakaian mahal atas nama hak asasi kemanusiaan. Yang ditukar hanyalah nama, istilah dan definisi. Ketamakan dan sikap
serakah manusia diperelokkan sebutannya
dengan sulapan kata baru : simpati.
Di depan semprotan air dan lontaran kanister para penegak
kuasa upahan pemerintah, Matahari terus
berteriak. Celananya sendiri telah sejak lama dipilih dan teriak para demonstran
tetap belum mereda. Ketika Demokrasi
semakin mabuk dengan dunia dan kepercayaan palsunya atas nama keadilan serta
hak sama rata.
Julai 9, 2011
Tiada ulasan:
Catat Ulasan