Rabu, Jun 24, 2009

NASKHAH SAJAK DI MALAM PUISI UTUSAN 2009



Marsli N.O
SAJAK GELISAH MENJELANG PAGI

Akan kukatakan apa lagi kepadamu, aduhai kenang
yang selalu menderukan ingatan dari silamku yang tidak terhitung
segala ngeri igau dan keperitan
untuk kulepaskan satu persatu seperti membebaskan
tali temali di pelabuhan dan kekasih yang memilih berangkat
kurelakan bersama ke dalam kelam menjadi teman
ketika aku tetap bertatih dan ingin menjauhkan segala cemas
dan debar yang selalu bertalu mendebur
di pantai yang basah di bawah cahaya bulan?

Aku tahu tidak mungkin aku bermusuh dan membunuhmu lenyap
dari hati pendendam
tetapi siapa aku untuk juga berkata tidak
ketika kau kembali bertalu menghantar bayang demi bayang ?
Dan gelisah, dengan cemasnya menderaku bertalu-talu
ketika ingin kusebut lagi berkali-kali namamu, aduhai kekasihku.
Walau kini tidak kutahu sudah di mana engkau bersembunyi
Dan aku tidak sudahnya bertemankan sunyi .

Aku sedang gelisah
menanti pagi segera menjelma dan kuharap suria sudi berkongsi ceria
walau kutahu hari akan kembali menjadi medan pertempuran
dan dengan seru kita bersiap untuk menjadi pembunuh
atau dibunuh
oleh sepi dan gelisah sendiri
yang mendekam di dalam hati gelisah ini.

Disember 18, 2008


Nota:
Kirim kepada Nik Anura (Urusetia Baca Puisi Utusan 2009) via email nikanura@utusan.com.my pada Jun 10, 2009 dan dideklamasikan di Malam Puisi Utusan 2009, 12 Jun 2009 di Laman Beringin Istana Budaya, Kuala Lumpur.


1 ulasan:

ILHAM HAMDANI berkata...

Salam Tuan Marsli,

Semalam, sudah membaca cerpen Tuan Kudeta, Seekor Politikus dan Seekor Sesumpah yang terbit dalam Dewan Sastera.

Wah, suka sungguh saya dengan ayat Tuan: kalau dia seorang yang berpangkat, akan didekati untuk diperolehi sesuatu manfaat daripadanya. Kena betul dengan realiti hari ini.

IlhamHamdani,
Canberra, Australia