Selasa, Mei 12, 2015

CATATAN KECIL MENULIS PUISI

MENULIS puisi adalah proses: memilih, menimbang dan menjernihkan kata-kata. Supaya kata-kata yang dipilih untuk dinobatkan sebagai puisi itu adalah kata yang memang benar-benar tepat dan terpilih. Agar dengan demikian mampu menampilkan makna yang ingin dikemukakan di dalam puisi adalah makna yang matang, memadai dan jernih.

Ketiga-tiga unsur di dalam puisi: perasaan+ pemikiran + intelek mestilah seimbang. Seimbang dalam erti kata tiada satu pun yang berlebihan sehingga mengatasi yang lain.

Tidak perlu kata-kata hebat dan abstrak yang pada permukaannya kelihatan gagah dan berdegar-degar. Misalnya kata: peperangan, kehidupan, kesengsaraan, kebobrokan dan yang sejenis dengannya. Kata-kata yang terlalu biasa pun, jika kena cara meletak serta memadankannya, pun mampu mendirikan sebuah puisi yang hebat. Sebagai contoh cuba teliti puisi Aku karya Chairil Anwar. Kata-katanya biasa saja. Tetapi kenapa memikat?

Metafora, pengorangan, perlambangan dan lain-lain unsur stilistika itu,  saya kira adalah kerana pilihan peribadi penyair. Suka atau tak suka. Namun di segi mendokong makna ianya bukanlah satu kemestian yang akan menjamin puisi tersebut menjadi memikat dan bermutu. Keindahan yg di lebih-lebihkan akhirnya hanyalah menjadi bueh sabun. Berlebihan, berbau wangi, tetapi tak kekal. Lain kalau kata yg langsung ke inti maknanya, terasa dalam dan tajam menukik. Tapi tanpa unsur stilistika pun jadi kering dan kasar juga. Lalu seperti saya katakan terdahulu: keseimbangan

Misalnya, perhatikan puisi Wadi Leta S A, KETIKA LANGIT SEDANG TIDUR (hal 100) di bawah. Terlihat keindahan yang seimbang di situ. Di rangkap dua, kata "terdiam" yg biasa dgn cerdik dipadankan Wadi Leta S.A dengan kata "angin" dan "awan" sehingga menjadi ungkapan luar biasa:

Ketika langit sedang tidur
dengan penuh cinta
kupetik bintang timur

Angin dan awan terdiam
gunung seperti terfana
dalam kilau pengalaman

Kepesonaan yang menakjubkan
menakluk teluki nurani
aku mulai menghirup sinar

Tuhan, kaulah kekasih abadi
menganugerahkan ketenangan
ketika aku resah mencari

Terakhirnya, sebuah puisi yg ditulis juga punya pola dan wacananya sendiri. Di sinilah kebijakan penyair dituntut untuk menalar atau menyusun fikirannya ketika menuliskan puisi.

Bagi seorang pemula, berlatihlah menghematkan kata dan menjadi pemilih yang berdisiplin. Antaranya dengan berlatih menuliskan puisi yang setiap baris sekitar dua atau tiga kata dan jumlah keseluruhan baris puisinya sekitar 12 hingga 15 baris sahaja. Pilih satu isu dan diberikan judul dengan hanya satu  kata, misalnya MALAM. Tulislah berkali-kali puisi dengan judul ini dari    sudut dan pendekatan yang berbeda. Setiap puisi diberikan serial (1), (2), (3) dan seterusnya.

Selamat mencuba!
Mei 15, 2015

Tiada ulasan: